TERPENOID
A.
Pengertian
Terpenoid merupakan derivat dehidrogenasi dan oksigenasi dari
senyawa terpen. Terpenoid disebut juga dengan isoprenoid. Hal ini disebabkan
karena kerangka karbonnya sama seperti senyawa isopren. Secara struktur kimia
terenoid merupakan penggabungan dari unit isoprena, dapat berupa rantai terbuka
atau siklik, dapat mengandung ikatan rangkap, gugus hidroksil, karbonil atau
gugus fungsi lainnya.
Terpenoid
terdiri atas beberapa macam senyawa, mulai dari komponen minyak atsiri, yaitu
monoterpena dan sesquiterepena yang mudah menguap (C10 dan C15),
diterpena menguap, yaitu triterpenoid dan sterol (C30), serta pigmen
karotenoid (C40). Masing-masing golongan terpenoid itu penting, baik
dalam pertumbuhan dan metabolisme maupun pada ekologi tumbuha. Terpenoid
merupakan unit isoprena (C5H8).
Terpenoid
merupakan senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan
secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 siklik yaitu
skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang nisbi rumit, kebanyakan berupa
alcohol, aldehid atau atom karboksilat. Mereka berupa senyawa berwarna,
berbentuk kristal, seringkali bertitik leleh tinggi dan aktif optik yang
umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya.
Terpenoid merupakan komponen penyusun minyak atsiri. Minyak atsiri berasal dari tumbuhan yang pada awalnya dikenal dari penentuan struktur secara sederhana, yaitu dengan perbandingan atom hydrogen dan atom karbon dari suatu senyawa terpenoid yaitu 8 : 5 dan dengan perbandingan tersebut dapat dikatakan bahwa senyawa teresbut adalah golongan terpenoid. Minyak atsiri bukanlah senyawa murni akan tetapi merupakan campuran senyawa organik yang kadangkala terdiri dari lebih dari 25 senyawa atau komponen yang berlainan. Sebagian besar komponen minyak atsiri adalah senyawa yang hanya mengandung karbon dan hydrogen atau karbon, hydrogen dan oksigen.
Terpenoid merupakan komponen penyusun minyak atsiri. Minyak atsiri berasal dari tumbuhan yang pada awalnya dikenal dari penentuan struktur secara sederhana, yaitu dengan perbandingan atom hydrogen dan atom karbon dari suatu senyawa terpenoid yaitu 8 : 5 dan dengan perbandingan tersebut dapat dikatakan bahwa senyawa teresbut adalah golongan terpenoid. Minyak atsiri bukanlah senyawa murni akan tetapi merupakan campuran senyawa organik yang kadangkala terdiri dari lebih dari 25 senyawa atau komponen yang berlainan. Sebagian besar komponen minyak atsiri adalah senyawa yang hanya mengandung karbon dan hydrogen atau karbon, hydrogen dan oksigen.
B.
Sifat
umum Terpenoid
Ø
Sifat fisika dari terpenoid
adalah :
1.
Dalam keadaan segar merupakan
cairan tidak berwarna, tetapi jika teroksidasi warna akan berubah menjadi gelap,
2.
Mempunyai bau yang khas,
3.
Indeks bias tinggi,
4.
Kebanyakan optik aktif,
5.
Kerapatan lebih kecil dari
air,
6.
Larut dalam pelarut organik:
eter dan alcohol.
Ø
Sifat Kimia dari terpenoid
adalah :
1. Senyawa tidak jenuh (rantai terbuka ataupun siklik),
1. Senyawa tidak jenuh (rantai terbuka ataupun siklik),
2.
Isoprenoid kebanyakan
bentuknya khiral dan terjadi dalam dua bentuk enantiomer.
C. SINTESIS TERPENOID
Terpenoid merupakan bentuk senyawa dengan
keragaman struktur yang besar dalam produk alami yang diturunkan dan unit isoprena (C5) yang bergandengan dalam
model kepala ke ekor (head-to-tail), sedangkan unit isoprena diturunkan
dari metabolisme asam asetat oleh jalur asam
mevalonat (mevalonic acid : MVA). Adapun reaksinya adalah sebagai
berikut:
Gambar
1 : Jalur Asetat dalam Pembentukkan IPP yang Merupakan Batu Bata Pembentukkan Terpenoid
Via Asam Mevalonat. ( Dewick, 1997)
Secara umum biosintesa dari terpenoid dengan terjadinya 3 reaksi dasar,
yaitu:
Ø
Pembentukan isoprene aktif berasal dari asam
asetat melalui asam mevalonat.
Ø
Penggabungan kepala dan ekor dua unit isoprene
akan membentuk mono-, seskui-, di-. sester-, dan poli-terpenoid.
Ø
Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau
C-20 menghasilkan triterpenoid dan steroid.
Mekanisme dari tahap-tahap reaksi biosintesis terpenoid
adalah asam asetat setelah diaktifkan oleh koenzim A melakukan kondensasi jenis
Claisen menghasilkan asam asetoasetat. Senyawa yang dihasilkan ini dengan
asetil koenzim A melakukan kondensasi jenis aldol menghasilkan rantai karbon
bercabang sebagaimana ditemukan pada asam mevalinat, reaksi-reaksi berikutnya
adalah fosforialsi, eliminasi asam fosfat dan dekarboksilasimenghasilkan isopentenil (IPP) yang selanjutnya
berisomerisasi menjadi dimetil alil piropospat (DMAPP) oleh enzim isomeriasi.
IPP sebagai unti isoprene aktif bergabung secara kepala ke ekor dengan DMAPP
dan penggabungan ini merupakan langkah pertama dari polimerisasi isoprene untuk
menghasilkan terpenoid.
Penggabungan ini
terjadi karena serangan electron dari ikatan rangkap IPP terhadap atom karbon
dari DMAPP yang kekurangan electron diikuti oleh penyingkiran ion pirofosfat
yang menghasilkan geranil.pirofosfat (GPP) yaitu senyawa antara bagi semua
senyawa monoterpenoid.
Penggabungan
selanjutnya antara satu unti IPP dan GPP dengan menaisme yang sama menghasilkan
Farnesil pirofosfat (FPP) yang merupakan senyawa antara bagi semua senyawa
seskuiterpenoid. Senyawa diterpenoid diturunkan dari Geranil-Geranil Pirofosfat
(GGPP) yang berasal dari kondensasi antara satu unti IPP dan GPP dengan
mekanisme yang sama.
Mekanisme biosintesa senyawa terpenoid adalah
sebagai berikut:
Gambar 2 : Mekanisme Biosintesa
Senyawa Terpenoid.
Bila reaksi organik sebagaimana
tercantum dalam Gambar 2 ditelaah lebih mendalam, ternyata bahwa sintesa
terpenoid oleh organisme adalah sangat sederhan a sifatnya. Ditinjau dari segi
teori reaksi organik sintesa ini hanya menggunakan beberapa jenis reaksi dasar.
Reaksi-reaksi selanjutnya dari senyawa antara GPP, FPP dan GGPP untuk
menghasilkan senyawa-senyawa terpenoid satu persatu hanya melibatkan beberapa
jenis reaksi sekunder pula. Reaksi-reaksi sekunder ini lazimnya ialah
hidrolisa, siklisasi, oksidasi, reduksi dan reaksi-reaksi spontan yang dapat
berlangsung dengan mudah dalam suasana netral dan pada suhu kamar, seperti
isomerisasi, dehidrasi, dekarboksilasi dan sebagainya.
Dari persamaan reaksi di atas terlihat bahwa pembentukan senyawa-senyawa
monoterpen dan senyawa terpenoida berasal dari penggabungan 3,3 dimetil allil
pirofosfat dengan isopentenil pirofosfat. Secara umum terpenoid terdiri dari
unsur-unsur C dan H dengan rumus molekul umum (C5H8)n.
Klasifikasi
biasanya tergantung pada nilai n.
Nama
|
Rumus
|
Sumber
|
Monoterpen
|
C10H16
|
Minyak
Atsiri
|
Seskuiterpen
|
C15H24
|
Minyak
Atsiri
|
Diterpen
|
C20H32
|
Resin
Pinus
|
Triterpen
|
C30H48
|
Saponin,
Damar
|
Tetraterpen
|
C40H64
|
Pigmen,
Karoten
|
Politerpen
|
(C5H8)n
n 8
|
Karet
Alam
|
Dari
rumus di atas sebagian besar terpenoid mengandung atom karbon yang jumlahnya
merupakan kelipatan lima. Penyelidikan selanjutnya menunjukan pula bahwa
sebagian besar terpenoid mempunyai kerangka karbon yang dibangun oleh dua atau
lebih unit C5 yang disebut unit isopren. Unit C5
ini dinamakan demikian karena kerangka karbonnya seperti senyawa isopren.
Wallach (1887) mengatakan bahwa struktur rangka terpenoid dibangun oleh
dua atau lebih molekul isopren. Pendapat ini dikenal dengan “hukum isopren”.
Berdasarkan
mekanisme tersebut maka senyawa terpenoid dapat dikelompokkan sebagai berikut:
No
|
Jenis
senyawa
|
Jumlah
atom karbon
|
Sumber
|
1
|
Monoterpenoid
|
10
|
Minyak
atsiri
|
2
|
Seskuiterpenoid
|
15
|
Minyak
atsiri
|
3
|
Diterpenoid
|
20
|
Resin
pinus
|
4
|
Triterpenoid
|
30
|
damar
|
5
|
Triterpenoid
|
40
|
Zat warna
karoten
|
6
|
Politerpenoid
|
≥40
|
Karet
alam
|
1.
Monoterpenoid
Monoterpenoid merupakan senyawa
“essence” dan memiliki bau yang spesifik yang dibangun oleh 2 unit isoppren
atau dengan jumlah atom karbon 10. Lebih dari 1000 jenis senyawa monoterpenoid
telah diisolasi dari tumbuhan tingkat tinggi, binatang laut, serangga dan
binatang jenis vertebratadan struktur senyawanya telah diketahui.
Struktur dari senyawa mono terpenoid
yang telah dikenal merupakan perbedaan 38 jenis
kerangka yang berbeda, sedangkan
prisnsip dasar penyusunannya tetap sebagai penggabungan kepala dan ekor dari 2
unit isoprene. Stuktur monoterpenoid dapat berupa rantai terbuka dan tertutup
atau siklik. Senyawa monoterpenoid banyak dimanfaatkan sebagai antiseptic,
ekspektoran, spasmolitik, anestetik dan sedatif. Disamping itu monoterpenoid
yang sudah dikenal banyak dimanfaatkan sebagai bahan pemberi aroma makan dan
parfum dan ini merupakan senyawa komersialyang banyak diperdagangkan.
Dari segi biogenetik, perubahan
geraniol nerol dan linalool dari yang satu menjadi yang lain berlangsung
sebagai akibat reaksi isomerasi. Ketiga alcohol ini yang berasal dari hidrolisa
geranil pirofosfat (GPP) dapat menjadi reaksi-reaksi sekunder, misalnya
dehidrasi menghasilkan mirsen, oksidasi menjadi sitral dan oksidasi-reduksi
menghasilkan sitronelal.
Perubahan GPP in vivo menjadi senyawa monoterpen siklik dari segi biogenetik disebabkan oleh reaksi siklisasi yang diikuti oleh reaksi-reaksi sekunder.
Perubahan GPP in vivo menjadi senyawa monoterpen siklik dari segi biogenetik disebabkan oleh reaksi siklisasi yang diikuti oleh reaksi-reaksi sekunder.
Seperti senyawa organik bahan alam
lainnya, monoterpenoid mempunyai kerangka karbon yang banayak variasinya. Oleh
karena itu penetapan struktur merupakan salah satu bagian yang penting.
Penetapan struktur monoterpenoid mengikuti suatu sistematika tertentu yang
dimulai dengan penetapan jenis kerangka karbon. Jenis kerangka karbon suatu
monoterpen monosiklik antara lain dapat ditetapkan oleh reaksi dehidrogenasi
menjadi suatu senyawa aromatik (aromatisasi).
Penetapan
struktur selanjutnya ialah menetukan letak atau posisi gugus fungsi dari senyawa
yang bersangkutan didalam kerangka karbon tersebut. Posisi gugus fungsi dapat
diketahui berdasarkan penguraian oksidatif. Cara lain adalah mengubah senyawa
yang bersangkutan oleh reaksi-reaksi tertentu menjadi senyawa lain yang telah
diketahui strukturnya. Dengan kata lainsaling mengaitkan gugus fungsi senyawa
lain yang mempunyai kerangka karbon yang sama. Pembuktian struktur sutau
senyawa akhirnya didukung oleh sintesa senyawa yang bersangkutan dari sutau
senyawa yang diketahui strukturnya.
2.
Seskuiterpenoid
Seskuiterpenoid merupakan senyawa
terpenoid yang dibangun oleh 3 unit isopren yang terdiri dari kerangka asiklik
dan bisiklik dengan kerangka dasar naftalen. Senyawa seskuiterpenoid ini
mempunyai bioaktifitas yang cukup besar, diantaranya adalah anti feedant,
hormon, antimikroba, antibiotik dan toksin serta regulator pertumbuhan tanaman
dan pemanis.
Senyawa-senyawa seskuiterpen
diturunkan dari cis farnesil pirofosfat dan trans farnesil
pirofosfat melalui reaksi siklisasi
dan reaksi sekunder lannya. Kedua isomer farnesil pirofosfat ini dihasilkan in
vivo melalui mekanisme yang sama seperti isomerisasi antara geranil dan nerol.
3. Diterpenoid
3. Diterpenoid
Senyawa diterpenoid merupakan senyawa
yang
mempunyai 20 atom
karbon dan dibangun oleh 4 unit
isopren senyawa ini mempunyai bioaktifitas yang cukup luas yaitu sebagai hormon
pertumbuhan tanaman, podolakton inhibitor pertumbuhan tanaman, antifeedant
serangga, inhibitor tumor, senyawa pemanis, anti fouling dan anti karsinogen.
Senyawa diterpenoid dapat berbentuk asiklik, bisiklik, trisiklik dan
tetrasiklik. Senyawa ini dapat ditemukan pada resin pinus, dan beberapa hewan
laut seperti Chromodoris luteorosea dari golongan molusca, alga coklat seperti
Sargassum duplicatum serta dari golongan Coelenterata.
4.
Triterpenoid
Lebih dari 4000 jenis triterpenoid telah diisolasi dengan
lebih 40
jenis kerangka dasar yang sudah
dikenal dan pada prinsipnya merupakan proses siklisasi dari skualen.
Triterpenoid terdiri dari kerangka dengan 3 siklik 6 yang bergabung dengan
siklik 5 atau berupa 4 siklik 6 yang mempunyai gugus fungsi pada siklik tertentu.
Sedangkan penamaan lebih disederhanakan dengan memberikan penomoran pada tiap
atom karbon, sehingga memudahkan dalam penentuan substituen pada masing-masing
atom karbon.
Triterpenoid biasanya terdapat pada
minyak hati ikan hiu, minyak nabati (minyak zaitun)dan ada juga ditemukandalam
tumbuhan seprimitif sphagnum tetapi yang paling umum adalah pada tumbuhan
berbiji, bebas dan glikosida. Triterpenoid telah digunakan sebagai tumbuhan
obat untuk penyakit diabetes,gangguan menstruasi, patukan ular, gangguan kulit,
kerusakan hati dan malaria. Struktur
terpenoida yang bermacam ragam timbul sebagai akibat dari reaksi-reaksi
sekunder berikutnya seperti hidrolisa, isomerisasi, oksidasi, reduksi dan
siklisasi atas geranil-, farnesil-, dan geranil-geranil pirofosfat.
5.
Tetraterpenoid
Merupakan senyawa dengan senyawa C
yang berjumlah 40. Rumus molekul tetraterpenoid adalah C40H64.
Terdiri dari 8 unit isoprene. Sedangkan biosintesisnya berasal dari
geranyl-geraniol. Tetraterpenoid lebih dikenal dengan nama karotenoid. Terdiri
dari urutan panjang ikatan rangkap terkonjugasi sehingga memberikan warna
kuning, oranye dan merah. Karotenoid terdapat pada tanaman akar wortel, daun
bayam, buah tomat, dan biji kelapa sawit
6.
Polyterpenoid
Disintesis dalam tanaman dari asetal
melalui pyroposfat isopentil (C5)dan dari konjugasi jumlah unit
isoprene. Ditemukan dalam latek dari karet. Plyterpenoid merupakan senyawa
penghasil karet.
D.
Isolasi Dan Identifikasi Terpenoid
Ekstraksi senyawa terpenoid dilakukan dengan dua cara yaitu :
melalui sokletasi dan maserasi.
1. Sekletasi
Dilakukan dengan melakukan
disokletasi pada serbuk kering yang akan diuji dengan 5L n- hexana. Ekstrak
n-hexana dipekatkanlalu disabunkan dalam 50 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksana
dikentalkan lalu diujifitokimia dan uji aktifitas bakteri.
2. Teknik maserasi menggunakan
pelarut methanol.
Ekstrak methanol dipekatkan lalu
lalu dihidriolisis dalam 100 mL HCl4M.hasil hidrolisis
diekstraksi dengan 5 x 50 mL
n-heksana. Ekstrak n-heksana dipekatkan lalu disabunkan dalam 10 mL KOH 10%.
Ekstrak n-heksanadikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji aktivitas bakteri.
Uji aktivitas bakteri dilakukan
dengan pembiakan bakteri dengan menggunakan jarum ose yang dilakukan secara
aseptis. Lalu dimasukkan ke dalam tabung yang berisi 2mL Muller-Hinton broth
kemudian diinkubasi bakteri homogen selama 24 jam pada suhu 35°C. suspensi
baketri homogeny yang telah diinkubasi siap dioleskan pada permukaan media
Muller-Hinton agar secara merata dengan menggunakan lidikapas yang steril.
Kemudian tempelkan disk yang berisi sampel, standartetrasiklin serta pelarutnya
yang digunakan sebagai kontrol. Lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35°C.
dilakukan pengukuran daya hambat zat terhadap baketri.
Uji fitokimia dapat dilakukan dengan
menggunakan pereaksi Lieberman-Burchard. Perekasi Lebermann-Burchard merupakan
campuran antara asam setatanhidrat dan asam sulfat pekat. Alasan digunakannya
asam asetat anhidrat adalahuntuk membentuk turunan asetil dari steroid yang
akan membentuk turunan asetildidalam kloroform setelah. Alasan penggunaan
kloroform adalah karena golongansenyawa ini paling larut baik didalam pelarut
ini dan yang paling prinsipil adalahtidak mengandung molekul air. Jika dalam
larutan uji terdapat molekul air makaasam asetat anhidrat akan berubah menjadi
asam asetat sebelum reaksi berjalandan turunan asetil tidak akan terbentuk.
E. Manfaat Terpenoid
Ø Sebagai pengatur pertumbuhan
(seskuiterpenoid absisin dan diterpenoid giberellin)
Ø Sebagai antiseptic, ekspektoran,
spasmolitik, anestetik dan sedative, sebagai bahan pemberi aroma makan dan
parfum (monoterpenoid).
Ø Sebagai tumbuhan obat untuk penyakit
diabetes,gangguan menstruasi, patukan ular, gangguan kulit, kerusakan hati dan
malaria (triterpenoid).
Ø Sebagai hormon pertumbuhan tanaman,
podolakton inhibitor pertumbuhan tanaman, antifeedant serangga, inhibitor
tumor, senyawa pemanis, anti fouling dan anti karsinogen (diterpenoid).
Ø Sebagai anti feedant, hormon,
antimikroba, antibiotik dan toksin serta regulator pertumbuhan tanaman dan
pemanis (seskuiterpenoid).
Ø Penghasil karet (politerpenoid).
Ø Karotenoid memberikan sumbangan
terhadap warna tumbuhan dan juga diketahui sebagai pigmen dalam fotosintesis.
Ø Monoterpen dan seskuiterpen juga
memberikan bau tertentu pada tumbuhan.
Ø Terpenoid memegang peranan dalam
interaksi tumbuhan dan hewan, misalnya sebagai alat komunikasi dan pertahanan
pada serangga.
Ø Beberapa terpenoid tertentu yang
tidak menguap juga diduga berperan sebagai hormon seks pada fungus.
kok tidak ada gambar nya??
BalasHapus